Sunday, September 06, 2009

Mengapa Cincin Pernikahan Harus Ditaruh di jari manis

Mengapa Cincin Pernikahan Harus Ditaruh di Jari Manis??

Ikuti langkah berikut ini, Tuhan benar2 membuat keajaiban (ini berasal dari kutipan Cina)

1. Pertama, tunjukkan telapak tangan anda, jari tengah ditekuk ke dalam (lihat gambar)
2. Kemudian, 4 jari yang lain pertemukan ujungnya.
3. Permainan dimulai, 5 pasang jari tetapi hanya 1 pasang yang tidak terpisahkan…

4. Cobalah membuka ibu jari anda, ibu jari menwakili orang tua, ibu jari bisa dibuka karena semua manusia mengalami sakit dan mati. Dengan demikian orang tua kita akan meninggalkan kita suatu hari nanti.
5. Tutup kembali ibu jari anda, kemudian buka jari telunjuk anda, jari telunjuk mewakili kakak dan adik anda, mereke memiliki keluarga sendiri, sehingga mereka juga akan meninggalkan kita.
6. sekarang tutup kembali jari telunjuk anda, buka jari kelingking, yang mewakili anak2. cepat atau lambat anak2 juga akan meninggalkan kita.
7. selanjutnya, tutup jari kelingking anda, bukalah jari manis anda tempat dimana kita menaruh cincin perkawinan anda, anda akan heran karena jari tersebut tidak akan bisa dibuka. Karena jari manis mewakili suami dan istri, selama hidup anda dan pasangan anda akan terus melekat satu sama lain.

Real love will stick together ever and forever


Thumbs represent parents

Second fingers represent brothers & sisters

Centre fingers represent own self

Fourth fingers represent your partner

Last fingers represent your children

Tony Melendez

“Tony, kau memberikan harapan bagi kami semua, aku berharap kau terus memberi harapan bagi semua orang,”—Paus Yohanes Paulus II

Ulurkan tangan, sentuh sepatu orang dan tariklah…

Ulurkan tangan, sentuh telinga orang dan tariklah…

Ulurkan tangan, sentuh pundak orang dan pijatlah…

Ulurkan tangan, sentuh pipi orang dan berikan ciuman hangat…

Ulurkan tangan dan sentuhlah tangan orang lain….

Ulurkan tangan, leher orang dan cekiklah…

Jadikan dunia ini tempat yang lebih baik jika kaubisa.

Itulah lirik lagu yang diciptakan dan dinyanyikan Tony Melendez di gereja saat dirinya memberi kesaksian. Petikan gitar dan suaranya menyatu ‘menghipnotis’ yang melihatnya. Membuat terpana. Dia minta semua orang yang hadir melakukan seperti yang dinyanyikan. Hampir semua orang mengikuti apa yang dinyanyikan Tony, menyentuh telinga dan menariknya, menyentuh pundak dan memijatnya, menyentuh pipi dan menciumnya. Semua tertawa. Melepas tawa tanpa beban. Maklumlah permintaan Tony dalam lagunya itu sangat mudah dilakukan dan kedengaran lucu. “Kalian lihat, betapa mudahnya bagiku memengaruhi kalian berbuat buruk, mencekik orang bahkan di gereja?“ kata Tony disambut tawa. Saat Tony memberi komentar pada bait lagunya, tak seorang pun membiarkan matanya lengah. Semua menatap Tony Melendez, takjub!

Tony bisa mencipta dan menyanyi lagu di atas tapi ia tak dapat melakukan seperti lirik lagu itu. Ia tak dapat mengulurkan tangannya karena Tony terlahir tanpa lengan, tanpa tangan. Ia memetik gitarnya dengan kedua kakinya, posisi gitar tak seperti biasa, tapi “dikendalikan” dengan kaki. Kedua kakinya telah berfungsi seperti kedua tangannya. Nyaris sempurna. Kaki kiri lincah berpindah-pindah grip, kaki kanannya memetik senar gitar, kadang lembut, kadang menghentak mengiringi lagu yang dinyanyikan dengan hati, perasaan, dan penuh ekspresi.

Anda adalah mukjizat-Nya

“Di hari kelahiranku, ibuku tak sadar kalau aku tak punya tangan. Saudara-saudaraku segera menjauhkanku dari ibuku. Dokter yang menangani adalah adik nenekku. Saat itu aku diperlihatkan pada ibuku dengan masih tetap diselimuti tapi ibuku tak boleh lama-lama memelukku. Sampai akhirnya ibu memaksa. ‘Berikan putraku, aku ingin melihatnya, ada apa? Ada apa?’ suara ibu setengah berteriak. Mereka membawaku ke kamar dalam keadaan masih terbungkus selimut. Dan untuk pertama kalinya ibu melihatku, tanpa tangan,” kisah Tony

“Apa yang terjadi? Air mata mengalir dari matanya. Saat itu, nenekku masuk ke kamar memegang dan mengguncang pundak ibuku, ‘Ini putramu. Kasihi dan ajari dia. Biarkan ia tumbuh dewasa,”’ kenang Tony penuh haru. Ketika Tony mulai tumbuh besar, ibunya mengatakan kalimat sederhana namun penuh makna, “Tuhan menciptakanmu seperti ini, kau harus menerimanya.” Tony sadar betul, ia memang berbeda. Tak punya tangan, jari dan lengan.

Penyebab kecacatan Tony adalah obat polithemaid, pereda mual yang diminum ibunya saat sedang mengandung. Mereka tak tahu kalau obat ini akan berdampak buruk.

Dari keadaan yang dialaminya terciptalah lagu berjudul You Are His Miracle.

Diperlakukan seperti orang normal

Meski terlahir tak sempurna, kedua orangtua Tony memperlakukannya seperti anak yang lain. “Kulakukan semua dengan kakiku. Aku bisa menulis, memegang pisau dan memotong tomat. Ayahku biasanya bilang, ‘Biarkan Tony melakukannya saat ibu ingin membantuku,”’ jelas Tony yang memoles bakat musiknya di gereja dan sebuah SMA di Chino, 64 km di timur Los Angeles.

Saat Tony masih sangat kecil, ayahnya, kelahiran El Savador, kerap menyuruhnya menyanyi dan menari dengan diiringi gitar sang ayah. Nampaknya di situlah ketertarikan Tony terhadap gitar mulai muncul. “Latihan musikku adalah melihat ayah main gitar gaya klasik Spanyol. Aku lalu berlatih. Umur 16 tahun akhirnya aku bisa main gitar, ayah pun bangga,”’ aku Tony.

Dua saudaranya, Jose dan Mary, mengakui Tony sangat mandiri, seperti orang normal. Ia tak banyak butuh bantuan kecuali hal yang sangat memerlukan ‘tangan orang lain’ seperti mengancingkan baju atau menutup retsluiteng.

Keluarga Tony tiba di Los Angeles 1963 setelah menempuh perjalanan bermobil dari Nikaragua, negara asal ibu Tony. Mereka mengurus perawatan medis bagi Tony di RS Ortopedi, LA, karena Tony tak bisa jalan.

Hari istimewa dan bersejarah

Ketika Paus Yohanes Paulus II datang ke Amerika Serikat 1987, panitia memperkenalkan Tony pada Paus, “Sri Paus, kami punya persembahan spesial untuk Anda. Persembahan kami melambangkan keberanian, motivasi dirinya dan dukungan keluarganya, persembahan kami adalah musik dan penampilan yang mengatakan ‘Saat Bernyanyi Aku Mendengar Tuhan’. Sri Paus, dengan bangga kami mempersembahkan Tony Melendez.”

Paus terpana ketika melihat Tony menyanyi dan memainkan gitar dengan kakinya. Pemimpin umat Katolik sejagad itu pun melompat, bergegas mendekatinya, merengkuh kepala Tony dan mencium pipinya. Ribuan tepuk tangan yang riuh rendah dan tatapan mata telah menjadi kenangan tersendiri bagi Tony.

Tony tak akan melupakan cara Paus memandangnya dan mengatakan, “Tony kau sungguh pemuda pemberani, kau memberikan harapan bagi kami semua. Aku berharap kau terus memberi harapan bagi semua orang.”

Menjadi suami, menjadi ayah

Tak terbayang oleh Tony, ia menikah dengan seorang wanita yang amat mencintai dan menghormatinya, Lynn. Ketika janji nikah diucapkan, mata Tony berkaca-kaca. Ia menatap dalam-dalam mata Lynn. Karena tanpa tangan, Lynn memakaikan kalung di leher Tony dengan ‘liontin’ cincin pernikahan. Mereka sepakat menjadi satu dalam berkat Allah.

Satu setengah tahun menikah, mereka belum juga dikaruniai anak. Mereka pergi ke rumah yatim piatu di El Savador. “Banyak perjuangan, kepedihan dan tangisan dan juga memeriksakan diri, kami melihat apakah ada anak yang terabaikan. Satu tahun kemudian kami mengadopsi Marissa,” tutur Tony. Menjadi ayah sangat menyenangkan, tambah Tony.

Meski Tony tak dapat memeluk Marissa, ia dapat mengungkapkan kasih seorang ayah terhadap anaknya. Ia masih bisa menggendongnya! Marisa pun seolah mengerti betul keadaan Tony, dengan tangan mungilnya ia bergelayut di punggung ayahnya. Setahun setelah konser, Tony dan Lynn mengadopsi anak kedua, Andreas dari Nikaragua.

Sejak pertemuan pentingnya dengan Paus, Tony berkelililing dunia, memberi harapan pada banyak orang. Ia tampil di berbagai acara TV di Amerika, termasuk Good Morning America. Tony memang pantas mendapat penghargaan Inspirational Hero Award dari NFL Alumni Association di Miami dan Branson untuk kategori Best New Artist 1999. Ia misionaris yang mewartakan dengan musik di kakinya memberi pengharapan.

Ulurkan tangan, sentuh dengan tanganmu….Jadikan dunia ini tempat yang lebih baik…

-kep Sept 2009 - Puri Asih Gadog